Penanganan Hoaks Perlu Proses yang Sangat Panjang dan Perencanaan Matang

JAKARTA - Tak mudah untuk menekan hoaks. Banyak upaya yang perlu dilakukan. Menurut Dosen Program Studi Hubungan Masyarakat, Program Pendidikan Vokasi Univeristas Indonesia, Pijar Suciati, strategi yang paling jelas harus dilakukan adalah model strategi terencana. Hal tersebut disebabkan lantaran proses perubahan perilaku masyarakat memakan waktu lama.

“Kalau di dunia komunikasi kehumasan, ada teori program perubahan perilaku yang dikenal dengan nama AIDA (Awareness, Interest, Desire dan Action). Kemudian, di dunia digital ada juga yang namanya AISAS (Awareness, Interest, Search, Action dan Share). Nah, perilakunya tidak sampai di action saja. Tapi merambah hingga share. Untuk sampai di situ, ada proses panjang dan sangat lama,” kata Pijar.

Menilik panjangnya proses perubahan perilaku itu, maka harus ada perencanaan yang detail dan sesuai dengan karakteristik target audience nya. Jadi, jangan dipukul rata strateginya.

Infografis Hoaks

Pijar menyambung dengan memberikan contoh lugas. “Kalau target nya adalah anak-anak PAUD, TK dan SD, maka harus ada muatan khusus mengenai literasi digital. Dimuat dengan cara penyampaian yang sederhana, menarik dan mudah dimengerti anak-anak. Guru yang memberi penjelasan juga harus terlatih, sehingga bisa mumpuni dalam menyampaikan materi mengenai literasi digital,” sarannya.

Jika target audience nya adalah generasi milenial hingga generasi Z, maka dirinya melihat bahwa terobosan yang dibuat oleh Kominfo sudah sangat baik, dengan meluncurkan 4 buah kurikulum model literasi digital. Keempat kurikulum tersebut adalah aman bermedia digital, budaya media digital, cakap media digital dan etis media digital. Kemunculan modul ini juga disertai berbagai kampanye dan seminar virtual.

Sebelumnya

0 Response to "Penanganan Hoaks Perlu Proses yang Sangat Panjang dan Perencanaan Matang"

Post a Comment